Sabtu, 25 Juni 2011

Menjalankan Bisnis Secara Etis dan Bertanggung Jawab

Menjalankan Bisnis Secara Etis dan Bertanggung Jawab
Oleh: Khairunnisa Zainuddin
Mhs UMJ Jurusan Perbankan Syariah
A. Etika dalam lingkungan kerja
Etika adalah keyakinan tentang yang benar atau salah dan yang baik atau buruk. Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan keyakinan individual dan norma social tentang tindakan yang benar dan baik. Perilaku tidak etis adalah perilaku yang menurut keyakinan individual atau norma social salah dan buruk. Etika bisnis merujuk pada perilaku manajer dan karyawan organisasi.
1. Etika Individual
Karena didasarkan pada konsep social dan keyakinan perorangan, dapat bervariasi dari suatu orang ke orang lainnya, dari satu situasi ke situasi lainnya, serta dari satu budaya ke budaya lainnya. Dengan demikian, perilaku etis dan tidak etis sebagian ditentukan oleh individu dan sebagian ditentukan oleh budaya. Sebagai contoh, sesungguhnya setiap orang sepakat bahwa jika Anda melihat seseorang menjatuhkan uang $20-nya, Anda bertindak etis dengan mengembalikannya kepada si pemilik. Akan tetapi Anda tidak dapat seyakin itu kalau menemukan uang $20 dan tidak tahu siapa yang menjatuhkannya? Haruskah Anda menyerahkannya ke bagian kehilangan barang? Atau, karena pemiliknya tidak mengklaimnya, dapat Anda menyimpannya?
2. Kode dan Nilai Individu
Bagaimana kita berhadapan dengan perilaku bisnis yang kita anggap tidak etis, khususnya bila bersifat ambigu secara hukum? Jelas kita harus mulai denan individu-individu dalam bisnis: manajer, karyawan, agen, dan perwakilan hukum lainnya. Kode etik pribadi masing-masing orang ini ditentukan oleh kombinasi sejumlah faktor.
B. Etika Bisnis dan Etika Manajerial
Etika manajerial adalah standar – standar perilaku yang memandu para manajer atau pemilik suatu organisasi.
Ada tiga kategori luas dari cara etika manajerial dapat mempengaruhi kerja orang:
1.      Perilaku terhadap karyawan
2.      Perilaku terhadap organisasi
3.      Perilaku terhadap agen lainnya
Sedangkan tiga langkah yang disederhanakan untuk menerapkan penilaian etis terhadap situasi yang dapat timbul selama kita melakukan aktivitas bisnis :
1.      Pengumpulan informasi factual yang relevan.
2.      Peninjauan fakta untuk menentukan nilai moral yang paling sesuai.
3.      Penyusunan penilaian etis berdasarkan benar salahnya kegiatan atau kebijakan yang diusulkan.
Norma-norma etis juga muncul dalam kasus seperti ini. Empat norma dan persoalan yang ditimbulkannya :
1.      Kegunaan (utiity)
2.      Hak (rights)
3.      Keadilan (justice)
4.      Kepedulian (carring)
Akan tetapi langkah paling efektif yang dapat diambil oleh perusahaan adalah menunjukan dukungan menajemen puncak, selain itu untuk mempromosikan sikap jujur dan terbuka peruahaan dapat mengambil langkah-langkah spesifik untuk meformalisasikan komitmen dengan cara menerapkan kode etik tertulis dan memberlakukan program etis.
C. Model tanggung jawab terhadap pihak yang berkepentingan
Etika mempengaruhi individu. Tanggung jawab social merujuk pada upaya perusahaan dalam menyeimbangkan komitmennya pada pihak-pihak berkepentingan organisasi – kelompok, individu, dan organisasi yang secara langsung dipengaruhi oleh praktik organisasi itu dan oleh karenanya, dipengaruhi kinerja perusahaan. Banyak perusahaan berfokus pada lima kelompok utama : (1) pelanggan (2)  karyawan (3) investor (4) pemasok (5) masyarakat setempat.
D. Kesadaran sosial masa kini
Sikap terhadap tanggung jawab social telah berbuah. Abad kesembilan belas yang lalu, walaupun diwarnai oleh semangat wirausaha dan filosofi laissez-faire, juga menonojolkan percekcokan tenaga kerja dan praktik bisnis yang ganas. Keprihatinan tentang aktivitas bisnis yang tak terkendali segera melahirkan undang-undang yang mengatur praktik bisnis. Pada tahun 1930-an, banyak orang menganggap kegagalan bisnis dan bank serta kehilangan pekerjaan di mana-mana, terjadi akibat iklim umum dari ketamakan bisnis dan kurangnya aturan.
Di luar kekacauan ekonomi tahun 1930-an, ketika kerakusan dianggap sebagai penyebab kegagalan bisnis dan kehilangan pekerjaan, muncul undang-undang baru yang melindungi dan meningkatkan kesejahteraan social. Selama tahun 1960-an dan 1970-an, aktivisme mendorong semakin banyaknya peraturan pemerintah di berbagai bidang bisnis. Sikap dewasa ini menekankan peran social yang lebih besar bagi bisnis. Barangkali globalisasi dan gerakan lingkungan hidup telah membuat bisnis lebih peka terhadap tanggung jawab social mereka. Pandangan ini, digabungkan dengan kesejahteraan ekonomi tahun 1980-an dan 1990-an, menandai kembalinya filosofi laissez-faire, tetapi epidemik skandal korporasi sekarang ini mengancam kembalinya era 1930-an yang menuntut lebih banyak aturan dan pengawasan.
1. Bidang Tanggung Jawab Sosial
Sewaktu mendefinisikan rasa tanggung jawab sosialnya, perusahaan biasanya menghadapi empat hal yang harus dipertimbangkan: tanggung jawab terhadap lingkungan, pelanggan, karyawan, dan investornya.
2. Pendekatan tanggung jawab sosial
Mengingat adanya perbedaan pendapat, tidaklah mengherankan jika korporasi menerapkan pendekatan tanggung jawab social yang berbeda-beda. Tidak mengejutkan juga jika korporasi menerapkan berbagai posisi dalam tanggung jawab social. Bisnis dapat mengambil satu dari empat sikap yang menyangkut dengan kewajiban socialnya terhadap masyarakat: (1) Sikap Obstruktif (2) Sikap defensif (3) Sikap akomodatif dan (4)  sikap proaktif.
3. Mengelola program tanggung jawab sosial
Agar perusahaan bertanggung jawab secara social sesuai dengan pendekatan di atas, diperlukan program yang diorganisir dan dikelola dengan cermat. Khususnya, para manajer harus melangkah tahap demi tahap demi mengembangkan rasa tanggung jawab social secara keseluruhan dalam perusahaan.
a.         Tanggung jawab social harus dimulai dari atas dan dianggap sebagai satu faktor.
b.         Komite manajer puncak harus mengembangkan rencana yang merinci level dukungan manajemen.
c.         Seorang eksekuif harus diberi tanggung jawab atas agenda perusahaan.
d.         Organisasi harus melaksankan audit social: analisis sistematis mengenai keberhasilan perusahaan menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk tujuan tanggung jawab social.
4. Tanggung jawab sosial dan bisnis kecil
Bagi para pelaku bisnis kecil, isu etika adalah  persoalan tentang etika individual. Tetapi dalam pertanyaan tentang tanggung jawab social, mereka harus menanyakan diri sendiri apakah mereka dapat menghasilkan suatu agenda social misalnya mensponsori tim baseball Little League atau member sumbangan pada United Way. Mereka harus juga menyadari bahwa para manajer di semua organisasi menghadapi isu etika dan tanggung jawab social.

1 komentar:

  1. Saya sangat BErterima kasih karena blog ini sangat bermanfaat untuk saya.
    MY BLOG

    BalasHapus